Perjalanan Bersejarah
Jalan Menuju ke Daerah Tanjungpura Ketapang |
Walaupun demikian, karena merupakan
jalan pintas tetap berusaha kita tempuh. Dan, sambil melintas mempunyai
keinginan untuk mampir ke makan raja tanjungpura. Sampai ditempat tersebut, ada
seorang Ibu yang merupakan juru kunci makam yakni Buk Fardiah. Masuk ke makam
tersebut, beliaupun mulai bercerita ditunjukannya makam Raja Tanjungpura yang
bernama Sultan Muhhamad Jainudin Mursal, beliau adalah pemimpin (Raja) saat
Agama Islam masuk ke Ketapang. Penyebar agama islam pertama ketika itu adalah
Seykh Muhhamad Aminulah Al Maghribi dari Maroko, dan Imam Agung dari mekah ketika
itu.
Di lain tempat, ada tempat yang disebut dengan
tempat suci da bersih yang juga bagian dari kerajaan tanjungpura ketika itu
yakni Taman Suci Sapu Jagat. Tempat ini ada kolam kecil, dan air dikolam
tersebut biasa juga dimanfaatkan oleh warga setempat untuk diminum. Air ini
memang cukup aneh, karena walaupun kecil ukuran kolamnya walaupun kemarau
panjang tidak pernah kering. Dan, tempat tersebut tidak perlu dibersihkan
seperti makam raja tanjungpura karena tempat itu bersih dengan sendirinya,
adapun daun-daun dari pohon-pohon sekitar persis tidak pernah berguguran.
Air tersebut disebut warga air zam-zam
ke empat, makanya dari jaman kerajaan sampai saat ini menjadi tempat
orang-orang melakukan zikir, dsb. Pada saat jaman kerajaan si Raja setiap
jum’at sembahyang ketempat tersebut, yang menurut ceritanya itu merupakan jalan
menuju ke Mekah. Ditempat ini kala orang beruntung saat melakukan zikir, akan
melihat lobang yang kedalamnya ada tangga kecil terbuat dari emas terdiri dari
dua tingkat, tingkat terakhirnya ada jalan menuju goa namun goanya gelap dan
didepan goa tersebut ada orang yang memakai pakaian serba putih.
Nah, jalan tersebutlah yang dikatakan jalan
menuju mekah. Dan, orang yang sakti-mantraguna seperti raja dan yang lainnya
ketika itu setiap jumat tadinya sembahyang ke mekah dari jalan itu, dan ambil
air uduk di air kolam tadinya. Air tersebut memang sangat bersih kalau kita
ambil tidak ada kotoran sama sekali. Pernah dilakukan oleh salah seorang Putera
Ketapang bernama Hamzah Has (mantan wakil presiden), mengambil tersebut
dimasukan ke dalam botol. Dan, sampai dimekah dibandingkan dengan air zam-zam,
orang yang disana disuruh minum air yang dibawa dari Kalimantan tersebut, dan
beliau minum air zam-zam. Memang tidak ada perbedaan dari kejernihannya sampai
kerasanya, rasa air tersebut memang tidak sama seperti rasa air biasanya, lebih
punya ke khas an.
Tempat makam raja Tanjungpura ini memang
butuh perhatian, walau sudah pernah direnovasi bangunannya yang ada sekarang
sudah banyak yang rusak, tapi tetap terawat adanya. Tiap hari Ibu Fardiah yang
sekaligus juru kunci makam membersihkan tempat tersebut, hingga kalau kita
berkunjung hampir tidak ada sampah mulai dari pekarangannya sampai menuju ke
pemakamannya. Keluarga dari Ibu Fardiah tersebut, menurut ceritanya ketika
jaman kerajaan merupakan orang suruhan raja. Sehingga, lokasi sekitar pemakaman
tersebut disuruh keluarga dari pihak beliau mengelolanya dengan catatan tidak
boleh diperjual belikan.
Tidak terasa, karena asik mendengarkan
Ibu Fardiah bercerita sudah 1 jam duduk dipemakaman Raja Tanjungpura tersebut.
Sambil permisi, terus melanjutkan perjalanan bersejarah ini. Luar biasa bedanya
ketika keluar dari makam tersebut, hati terasa tenang dan damai sekali.
Sehingga, agar tidak terlupakan kenangan yang terindah ini bisa saya tulis
demikian adanya.