Cerita yang Mengasikan Nan Berharga

lamantembawang | 01.51 |

Ilustrasi, Laman Tembawang
Yatmin (55) Seorang Bapak yang biasa dipanggil Pak De, berawal dari perbincangan diruang tamu sambil nyantai di malam hari. Cukup seru hal-hal yang dibicarakan oleh Pak De tersebut. Beliau penduduk yang berasal dari Jawa Timur, ke Kalimantan pada tahun 1992 melalui transmigrasi dari jawa yang kali pertamanya. Letaknya di Desa Piansak, Kecamatan Sungai Melayu Rayak, Kabupaten Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat, Indonesia.
Di sungai melayu rayak ini dominannya suku jawa, kisaran sampai 80% karena yang diawali  dari tahun 1992 tersebut transmigrasi pertama oleh Penduduk dari Jawa Tengah, disusul oleh Penduduk Dari Jawa Timur, kemudian oleh Penduduk Dari Jawa Barat dan penduduk dari Nusa Tenggara Timur. Selain itu, suku-suku lainnya yang mendiami wilayah tersebut ada suku melayu, suku dayak dan suku Batak.
Hebatnya menurut Pak De Yatmin walaupun sukunya berbeda-beda disana, tidak pernah ada perselisihan antar suku. Antara suku satu dengan suku yang lainnya saling menghargai perbedaan, saling menghargai agama masing-masing yang dianut. Karena, beliau anggap perpecahan itu memang tidak penting. Malah ada untungnya kalau kita bersatu dan saling membantu. Yang satunya ada masalah, saling bantu dan saling mengisi satu dengan yang lainnya, dan kita menjalani hidup ini terasa lebih ringan.
Banyak hal yang ditangkap dari beliau, beliau menceritakan dari awal hidup sampai saat ini. Pahit manis hidup sudah sangat cukup beliau rasakan, dulu dari jawa tanpa bermodal apapun, mulai merintis hidup di Piansak dengan berkebun dan menjual tenaga kerja menjadi Buruh Tani disalah satu Perusahaan Sawit terdekat. Awal penghasilan sangat kecil, makan juga susah. Namun, berkat ketegaran beliau dalam menjalankan hidup sekarang bisa sampai mengkuliahkan anaknya menjadi Sarjana.
Dijawa hidup cukup susah, persoalan awalnya adalah Tanah. Disana Tanah dikuasai oleh Perhutani dan perusahaan raksasa lainnya. Hingga, lahan masyarakat menjadi sangat sempit sekali. Jadi, kalau kita masyarakat bawah cukup rentan sekali kehidupannya. Disini, dengan modal lahan cukup luas kita bisa mengelola apa saja dengan berkebun atau bertanam apapun untuk dijual.
Bicara mengenai pendidikan, beliau bahkan hanya menginjak bangku Sekolah Dasar itupun tidak selesai. Namun pesan Beliau, hidup itu tidak boleh sombong, kita mesti belajar dari siapapun. Melihat orang itu jangan melihat dari tingkat pendidikannya, jabatannya, kedudukannya, pangkatnya, dan strata sosial lainnya, namun dilihat dari apa yang dia katakan. Manusia itu harus sadar bahwa kita itu belajar dari sesama kita manusia, dan kita pasti butuh sesama.
Ya, berbuatlah sesama manusia tanpa melihat dia itu siapa. Banyak jugakan orang berpendidikan bicaranya atau bahkan kerjanya serta tindakannya juga ngaur, tidak peduli sama nasib sesama, lihat saja di Televisi itu sambung Pak De. Orang-orang yang katanya pintar itu, tidak lain diberitakan adalah mereka yang suka nyolong duit rakyat, suka tawuran, dsb. Ngomongnya pandai, dalam hal membela diri tapi tidak sesuai dengan kenyataan.

Sehingga oleh perbuatan yang seperti itu, yang baik menjadi tertutupi. Inilah potret buram dari sistem kita yang ada ini, akankah Indonesia semakin membaik? Semua ada ditangan kita!!?. Ya, semoga apa yang saya katakan ini cukup bermanfaat, itulah sekilas tentang kisah perbincangan saya dengan Pak De Yatmin. 

Category: ,

Admin @lamantembawang:
Silahkan meninggalkan komentar yang membangun dan berguna

Governance and Sustainable Fair - Contact: nikasiusmeki@gmail.com