Runtuhnya Peradaban Masyarakat

lamantembawang | 09.37 |

Bicara mengenai peradaban, tidak terlepas dari yang namanya kebudayaan karena peradaban itu sendiri adalah tingkat tinggi rendahnya kebudayaan suatu masyarakat. Dan, budaya sebagai sistem gagasan menjadi pedoman bagi manusia bersikap dan berperilaku. Cukup unik, peradaban yang dimiliki oleh suku bangsa dayak yang ditinggalkan oleh nenek moyang terdahulu yang terus dilestarikan hingga saat ini . Hal itu tercermin dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang kemudian di implementasikan sebagai kebudayaan.
Kebudayaan yang dimiliki tersebut dikenal ada beberapa hal seperti upacara , keseniannya, kerajinan tangannya dan bahkan sampai pada tataran untuk mempertahankan kehidupannya. Upacara adat dilakukan tidak lepas dari pemanfaatan tumbuhan-tumbuhan hutan seperti aneka kayu-kayuan hutan, rotan, bambu dan lainnya seperti pemanfaatan rotan untuk kerajinan tangan, aneka anyam-anyaman dari bambu, dan bahkan pemanfaatan kayu-kayu untuk alat kesenian seperti sapek dan lainnya. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan berladang, bercocok tanam, berkebun, berburu dan meramu. Lahan paska ladang yang sudah dibuka kemudian ditanami kembali untuk perkebunan karet, perkebunan rakyat dan lain sebagainya.
Kesemuanya itulah yang menggambarkan bahwa hutan, lahan dan sumber daya alam lainnya begitu penting bagi kehidupan masyarakat itu sendiri. Artinya, suku bangsa dayak khususnya selalu hidup berdampingan dengan hutan dan lahan dan tidak bisa terpisahkan. Namun, peradaban yang dimiliki masyarakat dayak khususnya terus terusik dan mengalami pergeseran. Hutan, lahan dan sumberdaya alam yang dimiliki terlebih untuk aktifitas HPH kisaran 1.3 juta ha, untuk HTI kisaran 2.2 juta ha, untuk Perkebunan Kelapa Sawit kisaran 4.7 juta ha. untuk industri pertambangan kisaran 5.01 juta ha (data kompilasi dari berbagai sumber).
Runtuhnya peradaban yang ada, terkait bahwa kebutuhan untuk pelestarian budayanya yang bersentuhan dengan hutan dan lahan tidak bisa seutuhnya lagi didapatkan. Adapun, peletarian budaya-budaya yang ada paling sebatas kamuflase saja. Hal ini bias kita lihat dari merosotnya hasil panen dalam tiapan tahunnya, dimana lagi hewan buruan yang pergi karena senapang, dimana mencari ranting pohon kalau sudah tidak ada lagi (seperti lagu Iwan Fals) karena hutan sudah tidak utuh lagi. Begitu juga dengan alat untuk kesenian, bahan-bahan alam untuk kerjinan tangan..
Kedepan, kalau hutan dan lahan sudah tidak bisa dipertahankan dan dilestarikan sebaik mungkin, maka yang terjadi bukan hanya runtuhnya peradaban yang dimiliki oleh suku dayak sendiri bahkan akan hilang. Maka, saat ini tidak ada lagi harga tawar menawar bahwa hutan dan lahan bagi masyarakat umumnya dan suku bangsa dayak khususnya harus tetap dipertahankan sebaik-baiknya. Hal tersebut tentunya agar keberlanjutan massa depan perekonomian Indonesia dan seluruh rakyat yang ada ini. Dan, snagat diperlukan ada perbaikan tentang tata kelola hutan dan lahan yang lebih adil, lestari dan keberlanjutan.

Di post oleh : Nikasius Meki - PO SAMPAN Ketapang

Category: ,

Admin @lamantembawang:
Silahkan meninggalkan komentar yang membangun dan berguna

Governance and Sustainable Fair - Contact: nikasiusmeki@gmail.com