Teman Setia
Ditengah-tengah
keheningan malam itu, terdapat tiga orang pria yang lagi asik
berbincang-bincang mereka adalah Jontik Asa dan Losi. Kita sudah tamat di
bangku SMP!!! Bagaiman untuk melanjutkan ke jenjang SMA nya kawan-kawan? Ungkap
jontik. Ya, menimbang kondisi orang tua kita kurang mampu untuk membiayai ke
SMA!!! lanjut Asa. Begini kawan-kawan! Tak ketinggalan juga si Losi!!!, kitakan
masing-masing punya pohon karet, bagaimana kalau kita bersama-sama norehnya dan hasilnya kita bagi
sama-sama? kita cukup SMA di
kecamatan ini saja (kampung mereka sendiri). Wah,
ide yang bagus itu, dengan serentaknya Jontik dan Asa. Kita bertiga ini, tidak pernah pisah dari masa
kecil hingga kini.
Singkat
kata, pada saat duduk di bangku SMA. Pagi-pagi buta sekitar jam 04.00an, kami sudah
pergi bersama-sama ke kebun karet yang kami miliki. Kebun karet yang kami toreh
tersebut, tiap harinya secara bergiliran kami menorehnya. Dan, pada saat dijual
hasilnya kami bagi rata, biasanya per 1 bulan mencapai 200an kg. Pun, kami
noreh tidak tiap hari, sabtu dan minggu kami istirahat ikut kegiatan di gereja.
Dengan harga karet Rp. 10.000/kg kami memetik hasil ± Rp.2.000.000/bulannya. Jadi,
masing-masing dapat sekitar 600-an ribu rupiah. Kita bayar ke sekolah 50
ribu/bulan. Sisanya, Rp. 300.000,- kita tabungkan dan Rp. 250.000 nya lagi
untuk jajan tiap harinya di sekolah.
Dalam
menjalani aktifitas sehari-hari sepulang dari sekolah, setelah selesai makan
siang kami belajar bersama dengan mengulang materi ajar yang diberikan oleh
Bapak/Ibu Guru di sekolah. Ini Setelah itu, kami bertiga tidur siang untuk
mengistirahatkan segala aktifitas yang telah kami lakukan. Sore harinya, kami
pergi ke hutan sambil bawa ketapel cari binatang yang ada dihutan. Pulangnya, kami bawa sayur yang dipetik di hutan,
dan kayu api untuk masak dirumah.
Paling
seru lagi pada saat musim buah, kami bertiga sepulang dari sekolah pergi
kehutan untuk cari buah di kampung tembawang yang kami miliki. Kampung
tembawang ini peninggalan nenek moyang dahulu memang betul-betul ditanam dan
dirawat hingga kini. Sebagai ucapan terima kasih kepada sang pencipta, baik
sebelum dan sesudahnya orang kampungku slalu melakukan upacara adat.
Ayo
kita bantu orang para orang tua cari bahan-bahan dihutan untuk keperluan
beradatnya, ungkap si jontik mengajak kedua orang temannya. Bambu, aneka pohon kayu hutan, rotan,
daun-daunan hutan kami pikul bersama-sama orang tua. Dalam perjalannya, Jontik
tiba-tiaba bilang kepada oang tua
disampingnya, saya merasa bangga memiliki kekayaan hutan ini Pak! Mudah-mudahan
kondisi ini tidak pernah berubah sampai anak cucu kami nantinya, tegasnya!!!
Cukup,
pengalaman dari ilegal loging yang pernah terjadi sebelumnya ya! Ungkap si Asa.
Kayu-kayu alam yang merupakan kayu-kayu klas satu diambil habis-habisan. Namun,
apakah persoalan dan atau perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
kita sekarang? Tegas Asa. Sehingga, belajar dari itu jangan pernah termakan
bujuk rayu atau janji manis ketika pengusaha dalam bentuk apapun datang ingin
mengambil alih hutan dan lahan kita yang ada.
Ya,
apalagi pengalaman yang ada di tempat lain yang biasa ditayangkan, perusahaan-perusahaan
yang ada bukan malah menyelesaikan masalah, namun malah menambah masalah!!!
Ungkap si Losi. Terjadi konflik antar warga sendiri, kerusakan lingkungan kita,
pengambilan hak-hak masyarakat adat, dan gejala sosial lainnya malah terjadi, dan
kita menjadi buruh ditanah kita sendiri. Kemudian tidak terlepas juga runtuhnya
peradaban kita, akibat pergeseran hutan dan lahan. Kalau hutan dan lahannya
sudah habis yang ada perayaan-perayaan adat kita lakukan tinggal sebatas
kamuflase saja!!! Tegas si Losi
Iya!
betul itu, jawab oleh bapak domong! Mari kita tetap lestarikan hutan kita, agar
identitas kita tidak hilang. Orang-orang seperti kalian inilah sebagai penerus
yang kami harapkan. Kita sudah lama hidup dan tinggal ditempat ini, kita sudah
lama merawat dan menjaga hutan kita ini. Jangan berpikir jangka yang pendek,
berpikirlah dengan jangka waktu yang panjang. Hutan, lahan dan sumberdaya alam
kita yang ada ini kalau dikelola secara baik, adil dan berkelanjutan mampu
menghidupi masyarakat yang ada.
Category: Cerpen